JIKA INI MEMANG YANG TERBAIK
-Saat kebosanan
melandamu, dan aku tetap mencintaimu-
-Girl’s POV-
Jika kau memang jodohku, takkan jauh kau
tinggalkan aku. Kaupun akan kembali padaku J.
“hey,
sayang, bagaimana menurutmu baju yang satu ini ? hmm, ??” gadis itu menunjukkan
wajah antusiasnya saat menunjukkan baju yang ia kenakan pada sang kekasih. Tapi
apa yang dibalas oleh sang kekasih ? wajah cuek dan sok sibuk yang ia tunjukkan
pada sang gadis. ‘apa salahku, sayang ?? kenapa sikapmu semakin berubah padaku
sayang ? apa kau mulai bosan padaku L’
semua pertanyaan itu selalu menggema
setiap aku memikirkannya – kekasihku. Dia yang dulu sangat memperhatikanku, dia
yang selalu membuatku tak pernah berpaling ketika melihatnya, dia yag selalu
membuatku tertawa – tapi semua itu seakan musnah ketika kejadian beberapa
minggu yang lalu menimpa hubunganku denganya.
“apa
sebaiknya kita pulang sayang ?” tanyaku padanya yang sedang asyik dengan gadget-nya. “sayaang, apa kau
mendengarku ?” kudekati dia, mendengar langkahku mendekat dengan kisruh ia
segera menutup gadget-nya dan berusah berprilaku normal dihadapanku.
“eeh, uhh.. apa sayang, apa kau sudah selesai ?” benar
dugaanku selama ini, dia menyembunyikan sesuatu dariku. Oh Tuhan, jika ini
memang terbaik untukku dan dia hamba ikhlas ya Allah. “iya sayang, aku sudah
selesai. Sepertinya tak ada baju yang cukup pantas untukku. Ayo, sepertinya kau
juga sudah bosan menungguku disini J”
kusunggingkan senyum yang sangat jelas kupaksakan ini. Sepertinya, aku memang
harus mengikhlaskan semua kebersamaan kita sayang.
Next day….
Suasana indah sore ini semakin
membuatku berat melepasnya, begitu damai dan asri. Tapi apa dayaku, ketika dia
memang tak menginginkan aku lagi berada disampinya, apa kau harus berontak ?
Atau aku yang semakin tersiksa dengan keadaan yang murka ini. Tuhan beriku
kekuatan yang besar untuk mengutarakan ini semua.
Saat
kau mengingikan aku pergi, tanpa kau minta – pun aku akan menjauh dari
kehidupanmu, sayang J.
Seperti biasa – rutinitasku denganya
saat sepulang kuliah – ketika kita mempunyai jadwal yang sama. Berada di tempat
favorite kita berdua – tempat pertama kali ku melihatnya bersama dengan
beberapa temanya yang juga sedang bersantai sepertiku. Seperti kemarin, dia tak
pernah lepas dari gadget canggihnya itu. Dia diam tak berniat mengawali
percakapan antara kita – canggung.
Baiklah sepertiya memang inilah
saatnya, “ehemm, Randi…” belum selesai ku berucap – dia yang semula menekuri
gadget – nya, saat kumengucapkan namanya ia langsung menoleh heran padaku –
tatapan aneh lebih tepatnya.
“tak biasanya kau memanggilku dengan
sebutan nama, ada yang salah dengamu sayang?” ucapnya lembut. Oh, Tuhan tolong
jangan kau jatuhkan butiran ini, aku mohon beri aku kekuatan.
“ada yang ingin kau bicarakan padamu, Ran”
tegasku padanya, yang semakan membuat dia penasaran dan dengan tak sabaran ia
memasukkan gadgetnya kedalam saku celananya dan mulai mengenggam tanganku
lembut. Air mata ini dengan tak sabaran sudah meluncur tanpa control dariku dan membuat dia semakin mengeratkan
tangannya.
“sepertinya hubungan kita tak bisa
diteruskan lagi, Randi…”
Hening…, genggaman tanganya dikedua
tanganku melemah. Dan, tangan itu sukses terlepas dari jemariku. Dia langsung
tertunduk lesu, mengacak rambutnya yang mulai sedikit berantakan.
“tapi…, apa salahku sayang” tak kuasa
lagi kumenahan semua ketika dia masih memanggilku dengan sebutan itu. “kau
pasti tahu jawabannya Randi, aku tak mau terlalu egois yang ingin mengikatmu
dengan hubungan ini, aku tak mau membebani hidupmu Randi, pilih jalan yang
membuatmu bahagia Randi aku tak ingin mengekangmu “ kuseka air bening yang
terus mengalir ini. “Jika kau memang jodohku, takkan jauh kau
tinggalkan aku. Kaupun akan kembali padaku J.”
Kurengkuh wajah yang selama ini
selalu kupandang, kutagkupkan kedua tanganku pada pipinya. Sungguh aku tak tega
melihat mata sendunya itu, Tuhan llindungi orang yang sangat kucinta ini ya
Allah. “aku tahu itu, tapi…” langsung kulepas tangan yang semula dipipinya dan
mulai membereskan barangku dan berniat pergi, aku pun langsung berdiri – tapi
tanganya langsung menahan tanganku dan berikutnya kurasakan pelukan yang selama
ini membuatku nyaman.
“JIKA INI MEMANG YANG TERBAIK”
itulah kata terakhir yang kudengar darinya sebelum kita resmi berpisah. Aku
percaya jika Allah tidak tidur, Ia kan menyatukan cinta sejati walaupun
terpisah oleh waktu yang tak bisa dibilang lama.