‘One Love ’
“haha,.. apa kau melihat ekspresi orang tadi saat melihat Frida?” gadis
berambut brunette itu terus mengoceh dengan keiga temannya tanpa
memperhatikan tempat yang ia lewati, dan
tiba –tiba ‘Brugg’ gadis berambut brunette itu menabrak sekumpulan anak laki-laki
yang sedang berlawanan arah.
“eh, maaf” kata gadis itu sambil
sedikit membungkkukan badannya. Saat gadis itu berniat melangkahkan kakinya
bersma ketiga sahabatnya salah seorang dari gerombolan anak adam meneriakkan namanya.
“Riri….? Itu kamu kan ?”
laki-laki berkemeja Denim itu
memanggil namanya. Gadis yang diketahui bernama ‘Riri’ itu menolehkan
kepalanya.
“iyaaa, astagfirullah… Riski ?
kamu benar Riski kan?” Riri pun berjalan mendekati laki-laki yang meneriakkan
namanya itu, setelah meminta izin pada ketiga temannya tentunya.
“haha, kamu beda banget hamper aja
aku gak ngenalin kamu “ celoteh Riski sambil berjabat tangan dengan Riri.
“haha, kamu bisa aja. Aku masih
sama seperti 6 tahun yang lalu J.
Oh iya kamu ngapain kesini?”
“biasa mau cari tempat ngobrol
aja, kamu sendiri ?” jawab Riski dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
“hey, kenalin dong masak kita
suruh nunggu aja disini, lumutan ini woy!!” teriak teman Riski yang berdiri tak
jauh dari tempat Riski berdiri.
“hah, loe tuh gak bias banget
kalo liat cewek dikit aja, oh iya Ri kenalin Aldo….” Kata Riski sambil menunjuk
satu per satu temannya. Riri –pun hanya melambaikan tangan sambil memasang
senyum menawannya pada teman Riski tersebut.
“oh iyaa, kenalin juga
teman-temanku juga –guys!” teriak gadis itu sambil mengankat sedikit tangannya.
“maaf ya sedikit lama, hehe” kata Riri dengan
cengiran khasnya tak lupa menghiasi waja khas Indonesia –nya .
“iyaa, gak apa –apa kok “ jawab
Ninda bijak.
“oh iya kenalin ini Riski, temen
SMP dulu “ Riski –pun memperkenalkan dirinya pada teman Riri sambil menjabat
tangan mereka satu per satu.
“hmm, Ri jadi gak kita cari
makan. Udah bentrok banget ini perut” celetuk Dewi dan disetujui oleh Frida dan
Ninda. Merasa bersalah karena sudah
cukup lama meninggalkan ketiga temannya, Riri –pun langsung berniat
berpamitan dengan Riski.
“iyaa, deh tenang aja nanti aku
yang bayar :D …” celetuk Riri yang sudah disambut gembira oleh ketiga temannya.
“beneran !!” sahut Frida dan Dewi
semangat. “ –tapi uangnya kumpulin dulu baru aku bayarin :D , hahaha” tawa Riri
–pun pecah dan disambut sahutan kecewa oleh ketiga temannya.
“yaah, anak satu ini. Minta
diapaain coba! “ tambah Dewi dengan nada yang sedikit dibuat marah.
“ya, udah Ris aku duluan ya.
Salam buat teman –temanmu J
“ pamit Riri dan berniat pergi saat salah satu teman Riski menyahut.
“yaah, Ri masak udah mau pergi
aja sih ! gabung kita aja gimana?” sahut Nino pada gerombolan Riri.
“lagian juga kita juga belum
kenalan nih sama ketiga temen kamu, masak cuma Riski aja yang dikenalin, kita
enggak nih ? “ tambah seorang lagi dri teman Riski yang Riri ketahui bernama
Reza.
“eh, … aku sih tinggal gimana
mereka aja” jawab Riri sambil melihat ketiga temannya dengn tatapan
Gimana-Menurut-Kalian yang dijawab tatapan tidak setuju oleh Dewi.
“iyaa gabung sama kita aja gak
apa –apa kok J”
tambah Riski meyakinkan.
“sepertinya kapan –kapan aja deh
yaa, makasih tawarannya kita duluan yaa J”
jawab Dewi sambil berlalu pergi.
“duluan yaa!!” teriak Riri pada
Riski dan teman –temannya. Setelah mengucapkan salam perpisahan pada Riski.
Keempat anak Adam dan Hawa itu pun
pergi meninggalkan area taman yang menghubungkan area para pedagang makanan
pinggir jalan itu –mereka adalah Riri,
Ninda, Dewi dan Frida –tapi tak terlalu jauh mereka melangkah sebuah suara
yang baru saja dengar Riri kembali berengung dan menghentikan langkah Riri.
“eh tunggu Ri!!” teriak Riski
smbil mengejar Riri yang tk terlalu jauh itu. Dengan raut muka yang canggung
itu sangat tergambar jelas di wajah campuran Belanda –Arab tersebut.
“hmmm… boleh minta nomer kamu ?” kata Riski
canggung, dari arah tempat teman Riski berdiri sudah terdengar celoteh mengejek
dan itu semakain membuat wajah manisnya semakin memerah karena teriakan para
‘pengganggu’ itu.
“iyaa, boleh kok ini…” jawab Riri
yang berada tepat menghadap Riski membuat jantung Riski berdetak lebih kencang
dari biasanya –rasa ini bukan kali pertama Riski rasakan ketika ia dekat dengan
gadis yang tepat berada didepannya ini. Rasa berbebeda yang tak ia rasaka pada
gadis lain selain gadis dihadapnnya ini.
Setelah kejadian di taman
beberapa waktu lalu Riski dan Riri semakin dekat, setiap hari mereka bertukar
kabar dan bercerita lewat pesan singkat. Canda yang selalu Riski tawarkan
setiap ia bersenda saat ditelfon ataupun ketika mereka bertemu untuk sekedar
mencari udara segar.
Suatu sore yang indah saat
matahari sudah bersiap untuk kembali
beristirahat, sepasang anak manusia itu sedang bercanda tentang sesuatu yang
menurut mereka sangat sepele dan tidak penting untuk dibahas tapi dapat membuat
tawa mereka membahana –seakan taman itu memang diciptakan untuk mereka berdua.
Dan tiba –tiba tangan Riski yang
bebas menggenggam tangan Riri yang berada tak jauh dari jangkauan Riski.
‘Gerakan’ tiba –tiba yang Riski ciptakan itu membuat Riri seketika menegang dan
langssung menghentikn tawanya yang
semula sangat terlihat rona kebahagiaan diantara mereka.
“aku mau ngomong sama kamu, Ri
–dan kamu harus jawab jujur tentang ‘ini’…” celoteh Riski yang menggenggam
kedua tangan Riri –membuat ’mereka’ menjadi satu genggaman yang sanagat pas
untuk Riski genggam.
“ngomong aja sih –santai aja
ha..ha..ha..” jawab Riri ddengan nada yang ia buat sesantai mungkin tapi yang
Riri ddengar malah seperti ikan yang kekurangan air –menggelikan –batin Riri.
“jangan kamu jadiin bercandaan
atau apapun yang selalu kamu lakukan kalau akau mau bicara serius sama kamu,
oke?”
“hmmm, oke….” Jawab Riri semaakin
gugup.
“kamu ingat waktu kamu lupa kunci
kamu –yang tertinggal diparkiran ?” ujar Riski dan bergeser menghadap langsung
ke Riri –menatap manic mata coklat tua gadis berambut brunette itu.
“iyaa, tentu ak.. aku gak
bakalan…. Lupa –sama kejadian itu” jawab gadis yang memakai dress peach selutut
itu –sangat anggun dengan paduan blazer coklat muda dan rambut yang ia gerai
disertai hiasan pita rambut yang semakin membuat ia terlihat sangat manis
sekarang.
“kau tahu, itu pertama kali aku
jatuh cinta padamu, dengan segala ke misteriusan yang kau miliki da– “ belum
selesai Riski menjelaskan Riri sudah menyahut tak terima.
“misterius ?? berarti aku
terlihat aneh dimatamu? Beg– “ tiba –tiba jari telujuk Riski tepat di depan
bibir Riri sekarang seakan menghentikan Riri untuk bicara lebih jauh lagi.
“sssttt, bisakah kau ijinkaan aku
menyelesaikan semua kalimatkku dulu, huh?” jawab Riski sangat lembut –membuat
Riri yang duduk dihadapan Riski sulit untuk sekedar menarik nafas saja.
Dengan anggukan samar Riri
menjawab, “hhmm, sampai mana aku tadi sampai lupa, haha..” lanjut Riski membuat
Riri jengkel dan menggelembungkan pipi dan meniup poninya.
“haha, bailkah aku bercanda –kau
tak pernah tahu akan pesona yang kau miliki, segala kesederhanaan dan kebaikan
hatimu yang tak bias membuat hati ini berpaling pada gadis lain, walaupun
dengan diam saja aku bias mendapatkan ‘itu’ “
“mulai sombong tuan Muda? “ ejek
Riri “ –ish …”
“haha, aku tak akan berlama –lama lagi, Riri sejak hari ‘itu’ aku telah bersumpah
dengan diriku sendiri bahwa tak aka nada gadis lain yang dapat menempati
singgasana hatiku –hatiku hanya untukmu. Jadi maukah kau menjadi calon ibu dari
anak –anakku kelak ?”
Tak terasa mata Riri telah penuh
dengan cairan bening yang telah memburamkan penglihatannya. “apa kau yakin
dengan keputusanmu ini –maksudku kita masih kuliah dan aku harus membahagiakan
orang tuaku, Riski “ dan sejalan dengan kalimat yang mengalir dari mulut Riri
–air mata itu tumpah dengan sendirinya.
“kau menangis, hmm…?” dan Riskin
pun menghapus air yang perti anak sungai itu dengan ibu jarinya. “kita hadapi bersama –kita raih kebahagiaan
itu bersama J”
“kau bersungguh –sungguh ?” sahut
Riri menyakinkan –meyakinkan dirinya sendiri lebih ttepatnya, ternya sekian
lama ia menunggu, sekian lama ia pendam rasa ‘itu’ untuk laki –laki yang duduk
dihadapannya ini, sekarang semua doa yang ia lontarkan pada Sang Pencipta telah
terjawab sudah. Ternyata cintanya tak bertepuk sebelah tangan seperti kisah
–kisah yang ia baca di novel ataupun cerita temaan –temnnya. Tuhan hanya
menujukkan semua itu pada waktu yang tepat –dan ia sangat bersyukur atas semua
kejadian yang baru ia alami sekarang. ‘terima kasih ya Tuhan’ –batin Riri
“apa kau ragu setelah sekian
tahun kita berpisah dan tak sengaja dipertemukan di taman ini? Apa kurang waktu
yang Tuhan berikan untukmu berpikir ?
dan apa–…”
“baiklah aku terima…” tanpa
menunggu apa lagi yang Riri ocehkan Riski langsung menangkup tubuh Riri dengan
sekali tarikan. Dan itu membuat efek yang sangat berlebih bagi tubuh Riri
–seakan pasokan udara menipis, tubuhnya –pun langsung kaku mendapat perlakuan
itu dari Riski.
“terima kasih, terima kasih,
sayang…..” lontar Riski dan mempererat pelukannya pada Riri –dan yang membuat
Riski makin senang Riri membalas pelukannya, walaupun Risk sangat merasakan
bahwa keraguan di benak Riri masih terlihat dari gerakan yang ciptakan untuk
membalas pelukan Riski.
“love…you…so…much…, honey “
lanjut Riski dan membenamkan penciumannya pada rambut lembut Riri.
“ I do…” jawab Riri –dan matahari
yang mulai tenggelam itu menjadi saksi kesucian cinta mereka, langit yang mulai
menjadi jingga menghujam kulit dia anak manusia yang telah menemukan pasangan
hidupnya itu, pohon , angin yang semilir, dan bunga –bunga indah berwarna itu
juga menjadi saksi bisu cinta sejati dua cucu adam tersebut, suasana yang
sangat mendukung terjadinya itu semakin membuat dua sejoli itu larut akan
keadaan. Dan kisah mereka dimulai sekarang –hidup sebagai sepasang kekasih J yang –mungkin – maut
saja yang akan memisahkan mereka.